Profesor Kimia: Gas Air Mata Kedaluwarsa Lebih Berbahaya, Komponennya Bisa Jadi Gas Sianida

Cari Artikel Gratis di sini

Profesor Kimia: Gas Air Mata Kedaluwarsa Lebih Berbahaya, Komponennya Bisa Jadi Gas Sianida

Profesor Kimia dari Simón Bolívar University, Venezuela, Mónica Kräuter, menemukan bahwa gas air mata kedaluwarsa lebih berbahaya daripada gas air mata yang belum kedaluwarsa.

Melansir dari National Geographic Indonesia dalam Grid.id, setelah melewati masa kedaluwarsa, berbagai komponen dalam gas air mata akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. 

Awalnya, hal ini diduga akan menurunkan efektivitas gas air mata apabila digunakan.

Tetapi, alih-alih mengurangi efektivitasnya, senyawa-senyawa gas air mata yang kedaluwarsa justru dapat terurai menjadi gas sianida, fosgen, dan nitrogen, sehingga membuatnya menjadi lebih berbahaya.

Mónica menemukan bahwa senyawa hasil penguraian gas air mata bersifat racun bagi manusia. 

Jika jumlahnya kecil, gas sianida dapat larut dengan mudah oleh selaput lendir.

 Namun, apabila Anda terpapar dalam jumlah besar, sel tubuh akan mengalami kesulitan menggunakan oksigen untuk menjalankan fungsinya dan merusak berbagai organ tubuh.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo membenarkan bahwa aparat kepolisian menggunakan tiga jenis gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022 yang menewaskan ratusan orang.

“Tiga-tiganya digunakan (di Stadion Kanjuruhan -red) dan ini tentunya masih dalam proses pendalaman semuanya, karena tiga-tiganya ini kan digunakan baik di dalam maupun di luar stadion,” ungkap Irjen Dedi dalam Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Senin (10/10/2022).

Dedi juga menjelaskan tiga jenis gas air mata yang ditembakkan dalam kericuhan yang terjadi usai pertandingan Liga 1 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC dan Persebaya itu.

“Dari tempat kejadian perkara (TKP) memang ditemukan ada beberapa, yang perlu saya sampaikan ada tiga,” ujarnya.

 
Pertama, ia menunjukkan contoh gas air mata berwarna hijau bertuliskan 37/38MM SMOKE.

“Yang smoke ini skalanya paling rendah ya, artinya ini hanya menimbulkan suara ledakan sama asap putih,” terangnya.

Kedaluwarsa ataupun tidak, gas air mata tetap menimbulkan dampak buruk bagi tubuh.

Gas air mata bekerja dengan cara mengiritasi selaput lendir pada mata, hidung, mulut, dan paru-paru. 

Efek gas air mata biasanya terasa dalam 30 detik setelah terpapar. Gejala pertama yang akan Anda rasakan adalah mata perih disertai keluarnya air mata.

Setelah itu, paparan gas air mata juga akan menyebabkan sesak napas, nyeri dada, iritasi kulit, serta produksi air liur berlebih. 

Paparan yang lebih berat bisa berdampak pada sistem pencernaan, umumnya menyebabkan muntah dan diare.

Terdapat tiga jenis gas air mata yang kini umum digunakan, yakni gas CS (chlorobenzylidenemalononitrile), gas CN (chloroacetophenone), dan semprotan merica yang digunakan sebagai senjata pertahanan individual.

Sumber berita :

Baca komentar